BATUAN BEKU
1.
Pendahuluan
Batuan
beku terbentuk karena proses pendinginan magma yang dapat terdiri atas berbagai
jenis batuan tergantung pada komposisi mineralnya. Magma merupakan cairan
silikat pijar yang terbentuk secara alamiah, mempunyai temperatur yang tinggi
(900o-1600oC) dan berasal dari bagian dalam bumi yang disebut selubung bumi
(mantel) bagian atas. Komposisi magma terdiri dari 8 unsur utama yaitu O, Si,
Al, Fe, Ca, Mg, Na, K dan juga mengandung senyawa H2O dan CO2 serta beberapa
komponen gas H2S, HCl, CH4 dan CO. Pada berbagai kondisi temperatur, magma
dapat berdiferensiasi atau mengalami kristalisasi membentuk berbagai asosiasi
mineral berupa berbagai jenis batuan beku. Pada saat magma mengalami
pendinginan akan terjadi kristalisasi dari berbagai mineral utama yang mengikuti
suatu urutan yang dikenal sebagai Seri Reaksi Bowen (Gambar 1).
Gambar 1. Seri Reaksi Bowen.
Pada
seri reaksi Bowen terjadi dua deret kristalisasi mineral yaitu reaksi menerus
dan reaksi tidak menerus. Seri reaksi menerus pada plagioklas artinya kristalisasi
plagioklas Ca yang pertama (anortit) menerus bereaksi dengan sisa larutan
selama pendinginan berlangsung, dan berubah komposisinya ke arah plagioklas Na,
disini terjadi substitusi sodium (Na) terhadap kalsium (Ca). Seri reaksi
menerus pada plagioklas merupakan deret larutan padat (solid solution)
yang menerus. Seri reaksi tidak menerus terdiri dari mineral-mineral
feromagnesian (Fe-Mg). Mineral pertama yang terbentuk adalah olivin. Hasil
reaksi selanjutnya antara olivin dan sisa larutannya membentuk piroksen. Proses
ini berlanjut hingga terbentuk biotit. Seri reaksi tidak menerus bersifat incongruent
melting.
Mineral-mineral
yang terbentuk pada seri reaksi Bowen dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :
- Mineral felsik : umumnya berwarna cerah, mengandung Mg dan Fe yang rendah dan silika yang tinggi, misalnya plagioklas, k-felspar, muskovit dan kuarsa.
- Mineral mafik : umumnya berwarna gelap, mengandung Mg dan Fe yang tinggi dan silika yang rendah, misalnya olivin, piroksen, hornblenda, dan biotit.
Batuan
Beku Batuan beku berdasarkan genesa atau tempat terbentuknya dapat dibedakan
menjadi 2 kelompok yaitu :
- Batuan beku intrusi : batuan beku yang membeku di dalam bumi, yang menghasilkan 2 jenis batuan beku yaitu
- Batuan hypabisal : batuan beku yang membeku di dalam bumi pada kedalaman menengah-dangkal sehingga menghasilkan batuan beku bertekstur sedang atau percampuran antara kasar-halus.
- Batuan plutonik : batuan beku yang membeku jauh di dalam bumi sehingga menghasilkan batuan beku bertekstur kasar-sangat kasar.
- Batuan beku ekstrusi : batuan beku yang membeku di permukaan/di dekat permukaan bumi, yang menghasilkan batuan beku volkanik yang bertekstur sangat halus-halus.
Bentuk-bentuk
batuan beku yang umum dijumpai di alam ditunjukan pada gambar 2. dan tabel 2.
3. Pengenalan Batuan Beku
Dalam pengamatan/deskripsi batuan beku, hal-hal yang harus diperhatikan antara lain : warna batuan, komposisi mineral, tekstur dan struktur batuan.
Dalam pengamatan/deskripsi batuan beku, hal-hal yang harus diperhatikan antara lain : warna batuan, komposisi mineral, tekstur dan struktur batuan.
3.1.
Warna Batuan
Warna
batuan beku berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya. Mineral
penyusun batuan dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya, sehingga dari warna
dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang bertekstur
gelasan.
- Batuan beku yang berwarna cerah, umumnya adalah batuan beku asam yang tersusun oleh mineral-mineral felsik
- Batuan beku yang berwarna gelap-hitam, umumnya adalah batuan beku intermedier yang tersusun oleh mineral-mineral felsik dan mineral mafik hampir sama banyak
- Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan, umumnya adalah batuan beku basa yang tersusun oleh mineral-mineral mafik
- Batuan beku yang berwarna hijau kelam dan biasanya monomineralik, umumnya adalah batuan beku ultrabasa yang tersusun oleh hampir seluruhnya mineral-mineral mafik.
3.2
Komposisi Mineral
Komposisi
mineral mencerminkan informasi tentang magma asal batuan tersebut dan posisi
tektonik (berhubungan struktur kerak bumi dan mantel) tempat kejadian magma
tersebut. Mineral pembentuk batuan dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu :
- Mineral utama (essential minerals) : mineral yang terbentuk dari kristalisasi magma, yang biasanya hadir dalam jumlah yang cukup banyak dan menentukan nama/sifat batuan. Contoh : mineral-mineral Seri Bowen (olivin, piroksen, hornblenda, biotit, plagioklas, k-felspar, muskovit, kuarsa) dan felspathoid.
- Mineral tambahan (accessory minerals) : mineral yang terbentuk dari kristalisasi magma, tetapi kehadirannya relatif sedikit (< 5%), dan tidak menentukan nama/sifat batuan. Contoh : apatit, zirkon, magnetit, hematit, rutil, dll.
- Mineral sekunder (secondary minerals) : mineral hasil ubahan dari mineral-mineral primer karena pelapukan, alterasi hidrotermal atau metamorfosa. Contoh : klorit, epidot, serisit, kaolin, aktinolit, garnet, dll.
3.3
Tekstur
Tekstur
adalah kenampakan dari batuan (ukuran, bentuk dan hubungan keteraturan mineral
dalam batuan) yang dapat merefleksikan sejarah pembentukan dan keterdapatannya.
Pengamatan
tekstur batuan beku meliputi :
a. Derajat Kristalisasi
Derajat kristalisasi batuan beku tergantung dari proses pembekuan magma. Pada pembekuan magma yang berlangsung lambat maka akan terbentuk kristal-kristal yang berukuran kasar-sedang, bila berlangsung cepat akan terbentuk kristal-kristal yang berukuran halus, dan bila berlangsung sangat cepat akan terbentuk gelas. Derajat kristalisasi batuan beku dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Derajat Kristalisasi
Derajat kristalisasi batuan beku tergantung dari proses pembekuan magma. Pada pembekuan magma yang berlangsung lambat maka akan terbentuk kristal-kristal yang berukuran kasar-sedang, bila berlangsung cepat akan terbentuk kristal-kristal yang berukuran halus, dan bila berlangsung sangat cepat akan terbentuk gelas. Derajat kristalisasi batuan beku dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
- Holokristalin : batuan beku terdiri dari kristal seluruhnya
- Hipokristalin : batuan beku terdiri dari sebagian kristal dan sebagian gelas
- Holohyalin : batuan beku terdiri dari gelas seluruhnya
b.
Granulitas/Besar butir
Granulitas/besar
butir batuan beku dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
- Fanerik : kristal-kristalnya dapat dilihat dengan mata
biasa
Ukuran butir/kristal untuk batuan bertekstur fanerik dapat dibagi menjadi 4 yaitu :
- Halus : besar butir < 1 mm
- Sedang : besar butir 1 mm – 5 m
- Kasar : besar butir 5 mm – 30 mm
- Sangat kasar : besar butir > 30 mm - Afanitik : kristal-kristalnya sangat halus, tidak dapat dilihat dengan mata biasa, hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Jika batuan bertekstur porfiritik maka ukuran fenokris dan masa dasar dipisahkan.
- Gelasan (glassy) : batuan beku semuanya tersusun oleh gelas.
c.
Kemas/fabric
Kemas/fabric
batuan beku dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
- Equigranular : ukuran besar butir/kristal relatif sama
- Inequigranular : ukuran besar butir/kristal tidak sama
Khusus untuk inequigranular dapat dibedakan menjadi 2 tekstur yaitu : - Porfiritik : kristal-kristal yang lebih besar (fenokris) tertanam dalam masa dasar (matriks) kristal yang lebih halus.
- Vitrofirik : kristal-kristal yang lebih besar (fenokris) tertanam dalam masa dasar (matriks) gelas/amorf.
d.
Bentuk Kristal
Bentuk
kristal memberikan gambaran mengenai proses kristalisasi mineral-mineral
pembentuk batuan beku. Bentuk kristal dan tekstur batuan beku berdasarkan
kesempurnaan bentuk kristalnya dapat dilihat pada tabel 2, gambar 4, 5 dan 6.
3.4.
Struktur Batuan
Beku
Struktur yang dimaksud adalah struktur primer, yang terjadi saat terbentuknya
batuan beku tersebut. Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat
di lapangan (dimensinya sangat besar), tetapi kadang-kadang dapat dilihat juga dalam
hand specimen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar